Pembangunan Jembatan Penyeberangan Kota Lama: Perubahan atau Pembunuhan Sejarah?


.


Matahari masih tampak bersahabat dengan aktivitas saya di pagi hari, tepat pada hari selasa, 21 Desember 2010. Letih berdiri menunggu sopir angkot yang berhenti namun tak lama berselang, mobil angkot berwarna biru mudah bertuliskan “The Team” akhirnya menepi. Sungguh hari yang sangat meletihkan dengan perkuliahan hari itu, hingga tidak ada waktu luang istirahat untuk sekedar mengganjal perut. Saya pun mengambil secarik kertas dari binder kecil dan mulai menuliskan sebuah sms untuk teman disebelah tempat duduk saya, bernama Titin. Itukah aktivitas yang pas untuk tidak mengingat waktu, tiga kali kami berdua saling balas-membalas sms yang berisikan berbagai pesan mulai dari rasa lapar, bosan, dan pesan ajakan saya ke Titin untuk menemani saya melakukan observasi ke Kota Lama.

Siang itu, terik matahari semakin menambah perut bergemuruh. Akhirnya kami berdua sepakat untuk singgah di rumah makan bakso solo “Langgeng Roso” bertempat di Kota Lama, sekedar memulihkan stamina karena harus melakukan observasi. Belum juga kami menghabiskan semangkok bakso, suasana awan Kota Lama berubah menjadi gelap. Terpaksa perjalanan kami ke pelabuhan sanggula tempat pembuatan jembatan penghubung antara Kota Lama dan Lapulu itu harus diiringi dengan rintik hujan yang kian lama kian deras.
Sebelum melakukan wawancara dengan masyarakat disekitar pelabuhan sanggula, saya memperhatikan keadaan Kota Lama, di usianya yang kurang lebih 177 tahun itu masih kokoh berdiri bangunan-bangunan tua seperti bioskop lama (teater) yang kini berubah menjadi panti pijat dan juga jejeran rokoh-tokoh cina yang entah kapan berdirinya, namun yang pasti usianya lebih tua dari usia saya. Kini motto Kota Kendari “ Kotaku, kubangun, kumiliki, dan kubanggakan” tersebut rupanya telah mengarahkan pembangunannya di Kota Lama yang menurut sejarah bernama asli Kendari itu. Perubahan yang telah dilakukan pada kota lama, pertama kali pada pembuatan taman kota lama pada tahun 2006. Tujuh tahun lalu taman tersebut disebut dengan “Pohon Beringin” oleh warga sekitar dikarenakan sebab adanya pohon beringin yang besar di tempat itu, namun sebetulnya tempat itu bisa disebut sebagai pelabuhan juga karena biasanya banyak para penumpang terutama para anak sekolah yang hendak pulang ke Lapulu atau Talia menunggu sampan atau papalimbang yang beroperasi di tempat itu. Ada pula pembongkaran barang dari kapal papalimbang beratap yang memuat jambu mete ataupun kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan untuk diambil kandungan minyaknya). Kini, taman kota lama tersebut sudah tidak berjalan secara kondusif lagi. Terlihat pada saat saya dan teman saya datang untuk melihat-lihat keadaan taman kota lama, bunga-bunga  yang ditanami kurang bervariasi dan sudah mulai habis serta keadaan pot bunga yang pecah menambah parah pemandangan taman itu.
Karena saat itu kota lama sedang terguyur hujan jadi kami berdua memanfaatkan mobil angkot yang berlalu lalang dihadapan kami untuk pergi ketempat tujuan yakni pelabuhan sanggula. Karena jarak dari taman kota lama kepelabuhan sanggula tidak jauh, maka hanya butuh waktu tiga menit untuk sampai kesana. Ternyata ada beberapa orang yang sedang berteduh di halte, saya menyebutnya dengan tempat persinggahan sekaligus tempat penungguan sanpan (boleh dikatakan begitu) pelabuhan sanggula. Saya dan titin pun mencari tempat kosong untuk berteduh. Didepan saya terlihat beberapa sampan dan juga kapal beratap dengan ukuran lebih besar dibandingkan sampan sedang merapat  ke pelabuhan karena tidak dapat berlayar sebab hujan deras yang mengguyur kota lama saat itu.
Banyak orang di tempat penungguan sampan yang hanya beratapkan seng berukuran satu meter setengah itu. Dari raut wajah mereka saya dapat membedakan bahwa ada wajah penumpang yang hendak menyeberang ke lapulu, wajah seorang pembawa papalembang dan juga para pedagang serta orang-orang yang hanya sekadar berteduh dari hujan. Dari sekian banyaknya orang-orang itu saya menghampiri seorang pria yang berkulit agak gelap dan menurut saya pria itu adalah pembawa papalimbang. Namun diluar dugaan, saat saya menyampaikan niat menghampirinya, pria itu hanya tersenyum dan menyuruh saya untuk mewawancarai yang lain saja, bahasa kasarnya ia tidak mau menjadi nara sumber. Penolakan terhadap saya, tidak hanya sampai disitu sopir sampan yang lainnyapun tidak ada yang mau untuk dimintai pendapatnya mengenai rencana pembuatan jembatan penghubung antara kota lama dengan lapulu. Entah apa alasan mereka hingga tidak ingin diwawancarai perihal tersebut. Padahal jika pembuatan itu jadi dilakukan dampaknya lahan pencarian mereka yang akan hilang karena penggusuran. Putus asa rasanya saat itu, namun teman saya membantu mencarikan nara sumber. Akhirnya, seorang pria berperut agak buncit yang notabenenya sebagai seorang yang mampir berteduh mau mengelurkan pendapatnya. Menurutnya, pembuatan jembatan penghubung itu akan diterima dengan baik dan buruk tergantung dari kepentingan masyarakatnya, tanggapan dia pribadi sangat setuju karena itu akan memperlancar sekaligus akan mempercepat akses transportasi antara kota lama dan lapulu.
Usai mewawancarai pria yang sekedar berteduh tadi saya mencari tempat duduk untuk menghilangkan rasa pegal saat berdiri. Tampaknya hujan tidak mendukung perjalanan saya saat itu, tapi saya tidak menjadikannya sebagai sebuah masalah. Persis dibelakang tempat duduk saya, ada seorang bapak yang kira-kira berumur tujuh puluh tahun sedang menutupi dagangannya dengan kardus. Bapak itu rupanya baik hati karena memberikan saya sisa kardus untuk dijadikan alas duduk. Perbincangan dengan bapak itu saya mulai dengan menanyakan dagangan apa saja yang dijualnya, ternyata bapak itu antusias menjawab pertanyaan saya, ia mengungkapkan bahwa dagangannya berupa kopi dan beberapa makanan ringan. Perbincangan kami bertiga pun semakin bertambah akrab, di sela-sela pertanyaan saya mengenai dagangannya, saya menyinggung mengenai pembuatan jambatan penghubung kota lama, dengan ringan bapak itu menjawab bahwa itu sudah wewenang dari pemerintah dan ia hanya bisa pasrah menerima karena menurutnya percuma melawan kehendak pemerintah. Perbincangan kami berlanjut pada sejarah kota lama, ungkapnya kota lama ini dulunya bernama Kendari, karena masih satu lingkup belum ada pemekaran sama sekali. Kota lama (Kendari) dijadikan sebagai ibu kota karena semua pusat belanja seperti pasar, pelabuhan ada di kota lama.  namun ia kurang tahu persis kapan terbentuknya kota lama. Dipaparkannya bahwa didepan bioskop lama kota lama terdapat pasar pertama kota Kendari. Ditengah-tengah perbincangan, saya berpikir dalam hati bahwa bapak yang sudah kelihatan tua itu masih bersemangat bercerita. Ditanyai mengenai kompensasi, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena dagangannya tidak memiliki lahan sendiri jadi, ia hanya menunggu kapan akan digusur dari tempat itu.
Hujan tampaknya tidak berhenti sampai pada pukul tiga siang itu, terpaksa saya menunggu sampai hujan reda yang entah sampai kapan. Tidak ada aktivitas yang dapat saya lakukan selain berbincang-bincang kecil dengan bapak tua tadi. Saya memfokuskan lagi pandangan ke sampan-sampan yang sedang berlabuh, ternyata ada satu papalimbang yang hendak menyeberang dengan lima orang penumpang namun tidak lama berselang, papalimbang itu kembali ke tempat semula yakni pelabuhan sanggula karena tidak dapat melanjutkan perjalanan disebabkan hujan yang bertambah deras. Para penumpang papalimbang akhirnya basah kuyup dan terlihat menggigil. Ada pula yang melakukan pepbongkaran gabus ikan karena suidah tidak sabar menunggu redanya hujan. Dalam gabus ikan tersebut, terdapat ikan jenis pari, putih, cakalang, dan boto-boto. Ingin rasanya membeli ikan itu namun karena uang saya tidak cukup jadi saya hanya bisa melihat-lihat pembongkaran gabus ikan-ikan itu.
Sesekali saya melihat ada seorang papalimbang yang melihat kearah saya, mungkin ia melihat tingkah saya waktu mewawancarai tadi. Para pembawa papalimbang terlihat sedang bercerita sambil tersenyum kecil, pikir saya apakah mereka akan terus tersenyum seperti itu pada saat pembuatan jembatan penghubung. Hanya waktu yang bisa menjawab. Hujan rupanya sudah reda, saya pun memutuskan untuk pulang ke rumah karena waktu juga sudah menunjukkan pukul empat sore. Sebelum pulang, tidak lupa saya berpamitan dengan bapak tua yang sudah memberikan banyak informasi itu.
Pencarian data mengenai rencana pembuatan jembatan penghubung tersebut saya lanjutkan pada malam hari. Kebetulan tetangga saya adalah anggota dewan DPRD Kota, saya pun ke rumahnya guna mencari informasi. Setibanya disana rupanya masih banyak tamu yang berbincang-bincang dengan beliau. Saya pun menunggu sampai tamu-tamu itu pergi. Sekitar pukul setengah sepuluh malam, proses wawancarapun berlangsung.
Kedatangan saya di rumah beliau disambut terbuka oleh bapak Alwi. Sempat merasa sungkan karena harus mewawancarai tetangga yang dapat dikategorikan sebagai orang penting, terlebih memiliki otoritas tersendiri dalam lingkup pemerintahan. Wawancarapun saya mulai dengan memberitahukan latar belakang kedatangan saya ke rumah beliau dan dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan mengenai rencana pembuatan jembatan penghubung antara kota lama dan lapulu. Pertanyaan pertama saya menyangkut pembuatan jembatan yang masih terombang-ambing keberadaan dan kepastiannya, beliau pun menjelaskan bahwa pembuatan jembatan sudah pasti akan dilakukan, dan sekarang pemeritah masih menempuh langkah awal yakni pembebasan lahan serta pengadaan ganti rugi kepada masyarakat yang terkena pembebasan lahan. Yang artinya semua tokoh-tokoh yang ada disekitar pembuatan jembatan itu harus digusur, sungguh malang nasib para penjual emas di kota lama dan para pembelinya, gumamku dalam hati. Lanjutnya lagi, kepastian pembangunan tersebut sudah jelas namun proyek sebesar ini pasti memerlukan anggaran-anggaran bertahap dan butuh waktu tiga sampai empat tahun untuk menyelesaikan pembangunan tersebut. Disinggung mengenai kompensasi yang telah disiapkan oleh pemerintah, dengan jelas beliau mengatakan bahwa telah disiapkan kompensasi karena pemerintah tidak bisa langsung melakukan pembebasan lahan apabila belum mengganti rugi terhadap masyarakat terkait, dalam hal ini lahan masyarakat yang terkena pembebasan lahan.
Baru dua pertanyaan yang saya ajukan, tiba-tiba handpone bapak itu bordering jadi proses wawancara harus terhenti beberapa menit. Setelah ia meletakkan handponenya, saya pun melanjutkan beberapa pertanyaan yang masih tertunda tadi. Salah satunya yakni tujuan yang paling mendasar atas pembuatan jembatan penghubung itu, dan tujuan yang disebutkan yakni untuk meningkatkan pelayanan transportasi kepada masyarakat, dengan pertimbangan bahwa masyarakat lapulu tidak perlu menghabiskan waktu yang lama untuk menempuh perjalanan ke kota lama, jadi dengan pembuatan jembatan akan mempersingkat serta mempercepat transportasi. Saya pun lanjut menanyakan pertanyaan pamungkas,yakni apakah pembangunan ini sebagai dasar perubahan bagi Kota Lama, ia pun menerangkan bahwa   kota lama adalah kota sejarah yang seharusnya tetap dipertahankan model pembangunan serta arsitekturnya namun dengan perkembangan-perkembangan kota sekarang ini sepertinya sudah tidak dapat dipertahankan lagi dan apapun yang terjadi perkembangan tidak dapat dicegah dan ditahan, pada prinsipnya perkembangan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Puas dengan hasil wawancara bersama bapak Alwi, saya pun pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Dalam hati saya berkata, terima kasih sebanyak-banyaknya atas semua informasinya pak.
Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber terkait yang mengalami dan melaksanakan rencana pembuatan jembatan penghubung tersebut, saya pribadi juga sependapat dengan penuturan yang diajukan oleh pak Alwi bahwa perkembangan tidak dapat dicegah dan ditahan karena dampaknya juga untuk kepentingan masyarakatnya. Namun, tidak semua perubahan harus mengorbankan nilai-nilai sejarah yang membangun keeksistensian kota tersebut. Karena hidup belum bermakna tanpa mengenal suatu sejarah. Jadi, jangan lupakan sejarah untuk mencapai perubahan, karena untuk mencapai angka sepuluh kita harus memulainya dari angka nol.untuk mengetahui lebih dalam klik di sini bro

One Response to “Pembangunan Jembatan Penyeberangan Kota Lama: Perubahan atau Pembunuhan Sejarah?”

  1. Casinos Near Me - Casino News - Poormans
    If you are looking for a casino in your 슬롯 머신 사이트 area, 바카라 검증 you will be hard hit. However, many casinos in Colorado offer 실시간 배팅 slots, video 포커 poker, table games, and 인싸 포커 a

Your Reply